Adalah jawaban atas sebuah doa dan permohonan selama ini.
Aku percaya bahwa apa yang awal mulanya menjadi milik kita, akan kembali lagi kepada kita jika Sang Pencipta meridhoi.
Dia kembali.
Kemudian meminta maaf atas sebuah kesalahan. Atas sebuah penyesalan.
Seseorang pernah berkata "Allah aja Maha Pemaaf, masa untuk hal itu aja ga dimaafkan" . Saat itu pembicaraannya menyangkut hal lain.
Benar, Allah saja Maha Pengampun.
Aku tlah memaafkannya.
Memaafkan atas segala sikap dan keputusan buruk yang sempat dilakukannya hampir 2 tahun yang lalu.
Lalu bagaimana dengan sebuah luka? Bagaimana dengan sebuah hati yang terluka begitu dalam selama ini?
Adakah dia serta merta meminta maaf kepada hati yang tlah terluka?
Adakah dia tau bagaimana caranya untuk menyembuhkan luka ini?
Aku memang tak pernah bisa untuk membencinya, untuk marah kepadanya, karna sejak dulu aku tulus menganggapnya seorang teman yang baik meskipun beberapa orang menilai dia jelek.
Berkali-kali aku membelanya dihadapan orang yang menilai dia jelek meskipun dia tak pernah tau. Karna memang begitulah tugas seorang teman. Sejelek apapun dia, dia tetap seorang teman.
Kemudian setelah kejadian ini bagaimana?
Aku tlah memaafkannya. Sungguh.
Lalu apakah dia tau ada begitu banyak tangis yang tercipta pada saat itu?
Apakah dia tau ada begitu banyak luka yang menyayat hati ketika perkataan-perkataan keji dari kekasihnya begitu menyakitkan?
Apakah dia tau disaat bersamaan aku membutuhkan pembelaan darinya?
Tidak, bahkan dia tak pernah sama sekali mendatangiku dengan sebuah pembelaan.
Bahkan lewat mimpi pun hal buruk juga terjadi, seolah-olah mengisyaratkan untuk menerima kejadian lalu.
Dia kembali.
Tak apa, hatiku tlah berbesar hati untuk memaafkan.
Dia kembali beserta perubahan-perubahan pada dirinya yang selama 2 tahun ini tak ku kenal.
Ya, aku tau setiap manusia berhak berubah untuk kehidupannya yang lebih baik.
Tapi justru perubahan itu membuatku canggung. Wajar, setelah sekian lama tak berkomunikasi lagi.
Untuk kamu yang telah kembali,
Mengertilah kalau sampai detik ini aku belum bisa untuk menyembuhkan luka itu.
Mengertilah, aku masih belum terbiasa dengan sifat dan sikapmu yang baru.
Mengertilah, aku masih belum terbiasa untuk menceritakan tentang hidupku selama kamu pergi meskipun saat itu kamu mengajakku untuk bercerita.
Mengertilah, ini hanya masalah waktu.
terimakasih telah kembali memanggilku dengan sebutan khas-mu
No comments :
Post a Comment