18.9.13

Jika Saatnya

Apakah ini saatnya untuk membunuh perasaanku.
Melepaskan segala rindu yang mengendap menjadi debu beterbangan, bersatu bersama langit yang membentang.
Apakah aku mampu? Sementara perasaan ini telah menjelma prasasti yang membatu.
Hidup di segala adaku.
Dalam diam, jarak, bahkan luka sekalipun.
Betapa susah memahami arti diri. Betapa sulit menyelami maunya hati. Jalan membentang bertabur kasih yang kugelar, tak juga membuatmu bergeming. Segala adaku telah kubuka untukmu tanpa tirai sehelai pun.

Jika memang akhirnya aku harus membunuh perasaan ini, izinkan aku untuk tetap mengenangmu. Tidak juga karena apa, cinta sejati tak bisa dibunuh pun bunuh diri. Dia akan tetap mengalir di setiap alunan nada kasih yang menggema di jagad raya. Izinkan aku tetap mencintaimu, walau hanya dalam diam, dalam senyap. Hingga suratan takdir membukaan rahasia kalamnya. Mungkin hanya dengan cara itu, aku bisa tetap mencintaimu. Walau mungkin, tak pernah nyata juga akhirnya.

Ada jera menderu alam kalap cintaku. Merobek janji hati yang memahat batu. Kobar rindu yang pernah memanaskan tungku di ujung penantian ini, perlahan meleleh dalam ego yang mulai runtuh. Dingin menghanyutkan di ruang hampa. Hanya bisa mendesis panjang menyebut namamu, tapi tersia-sia. Luruh bersatu dengan tanah. Haruskah jera ini menguntit di sendiriku yang makin mematikan? Dalam cengkeraman rindu mendendam. Sekarat di batas mimpi semu.

Cinta itu, Kamu - Moammar Emka

No comments :

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...