14.1.13

Sepucuk Rindu yang Tak Kan Ada Habisnya

Hallo Mel, masih ingat aku? Ini surat pertama aku di tahun 2013 yang aku tulis untuk kamu.
Maafkan aku yang slama ini mengingat kamu disaat aku merasa sedih. Seharusnya tidak seperti ini, masihkah kamu menganggap aku teman yang baik Mel? Atau bahkan apakah aku pantas dikatakan sahabat yang baik untuk kamu?

Kamu tau Mel? Disetiap kali aku melihat jauh ke arah laut ataupun aliran air sungai yang bermuara ke pantai, disitulah aku selalu mengingat kamu. Berandai-andai "jika saja kita masih bisa saling bertatapan" .
Terlepas dari dosa apa tidak, aku selalu berandai-andai seperti itu. Membayangkan kita bersama-sama saling bertukar pendapat, berbagi rahasia, atau mungkin berbagi canda tawa suka cita.
Ah, itu dosa sepertinya ya Mel. Allah sudah menggariskan hidup setiap hambaNya.

Teman SD mu ini dulu sempat berpikiran bodoh, Mel. Berandai-andai kalau aku jadi dia yang hidupnya yang simple dan tidak ribet seperti yang aku alami. Hahhahaa, itu bodoh sekali ya Mel. Aku tau, hidup itu tidak semudah yang dipikirkan, semakin banyak orang-orang yang kita kenal, semakin banyak sifat yang diketahui, dan semakin banyak juga petualangannya. Begitu juga kamu, 15 tahun yang lalu berjuang melawan rasa sakitmu. Seharusnya waktu itu pihak sekolah memberitahukan kepadaku tentang penyakit kamu agar aku bisa membesukmu dirumah.
Kamu tau pertemuan terakhir kita kapan Mel ? Waktu kita kelas 3, pagi itu surprised sekali kamu hadir. Kamu menyambut aku dengan pelukan hangatmu ketika aku baru saja selesai menaiki tangga yang ada didepan kelas kita. Ya Tuhan, tanpa aku sadari itu adalah pelukan terakhir kamu untukku. Setelah itu aku tidak lagi mendengar kabarmu, hanya ada aku dan beberapa teman lain yang bertanya-tanya kamu sakit apa sampai-sampai namamu tidak lagi ada didaftar absen. Hingga suatu hari pihak sekolah mengabarkan berita tentang kamu.

Kamu selalu menjadi bagian yang paling istimewa dihidup aku Mel. Sejak aku kenal kamu di tahun 1995, tidak ada satu hal pun yang membuat aku jengkel ataupun kesal sama kamu, bahkan disaat aku terbaring di UKS pun kamu selalu ada disamping aku, menjaga aku dan memegang tanganku disaat aku tertidur di ruang itu. Aku memang bukan temanmu yang baik Mel.
Allah terlalu sayang sama kamu, kamu memang begitu istimewa dihati kami yang mengenalmu.


18 tahun yang lalu dibangku besi itu aku duduk dengannya
berkenalan dan berjabat tangan
mempunyai tubuh yang besarnya sama denganku
ia begitu cantik
hatinya bahkan lebih cantik
  banyak hal kami lakukan bersama, bahkan hal memalukan sekalipun
di tahun ke-3 aku mulai sedikit kehilangannya
tahun ke-4 aku kehilangannya untuk selamanya
dirumah itu
melihatnya untuk yang terakhir kalinya
dia terbaring dan tidur dengan tenang di ruang tengah
dikelilingi oleh banyak doa
dan juga dibasahi oleh tangis
aku hanya bisa terdiam melihatmu tidur disitu
di lihat oleh banyak orang
tubuhmu begitu kurus
tak sama lagi dengan tubuhku
apa yang harus aku lakukan saat itu
bahkan menangis seperti mamamu pun aku tak bisa
hanya ada rasa sakit yang datang disaat mamamu memelukku erat didepan jasadmu
sakit harus kehilanganmu
sakit harus merelakan orang yang disayang pergi selamanya.
hingga detik ini
rindu ini tak kan pernah ada habisnya untukmu, 
Putri Meilina

Mel, Aku rindu.

No comments :

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...