Dear God

15 november. Sesaat langit pun menjadi begitu terasa berat malam itu. Lagi dan lagi harus menghadapi pertanyaan dari mama. Rasanya pengen pulang secepatnya, pikiran udah ngelantur kemana-mana. Sayang sekali waktu itu pertanyaan mama di bbm tepat disaat kita (indah kak vie dissa bang dedi oji) nyampe tempat makan. Tahan di tahan emosinya akhirnya bisaa, meskipun memilih jalan untuk diam selamaa makaan. Selesai makan, hujan pun turun. Hujan-hujanan sebentar sekiranya mampu menenangkan hatii. Masih dengan ekspresi yang sama, sepanjang jalanpun cuma diam. Sementara di mobil kak vie dissa bang dedi masih seru-seruan ngobrolnya. Sampai dirumah, tadinya cuma mau jelasin ke kakak tentang argumen, permintaan dan sedikit ketakutan.

Lihat apa yang terjadi~

Seiring dengan derasnya hujan yang turun, sekuat itu juga melepas semua hal yang menyangkut tentang itu. about the hardest thing yang selama ini cuma diceritakan ke mita, maya. Karna senasib, karna mereka pun juga mengerti apa yang dirasakan makanya lebih nyaman cerita tentang itu.

Mungkin hari itu udah jadi waktu yang paling tepat untuk menceritakan semuanya didepan kak vie, dissa.
Pacu-pacuan nangis sama hujan yang turun. hahhaa :'(
Jika ada seorang adek yang pada saat itu ikut nangis bersama, layaknya ikut merasakan sampai kedalam-dalamnya, itulah dissa.
Jika ada seorang kakak yang mampu menenangkan, menghapus air mata, sekaligus menguatkan hati yang sudah down, itulah kak vie.

Mereka sangat sangat luar biasa. Sangat beruntung berada ditengah-tengah mereka. Sebutan "kakak" bukan selalu mengartikan yang paling bijaksana dalam pemikiran. Tidak selalu seperti itu. Sebutan "adek" pun juga bukan selalu mengartikan yang paling kecil, butuh dilindungi, atau apapun embel-embelnya.

:')

Kembali mengumpulkan semangat demi semangat yang sempat tersapu entah kemana, demi kak vie disa, dan tentunya mama papa.
Meskipun belum memberikan hasilnya, bersabarlah mama :''  dan terimakasih untuk pengertiannya papaa. Jika bukan karna keluarga ini, untuk apa aku berjuang.